Kepulauan Bangka Belitung, yang terletak di sebelah timur Sumatera, tidak hanya terkenal dengan keindahan pantainya yang memukau, tetapi juga dengan kekayaan kuliner yang menggugah selera. Masakan khas daerah ini merupakan perpaduan unik antara pengaruh Melayu, Tionghoa, dan budaya lokal yang telah berkembang selama berabad-abad. Dalam artikel ini, kita akan mengupas tuntas tiga hidangan ikonik dari Bangka Belitung: Kemplang, Burgo, dan Lakso. Ketiganya bukan sekadar makanan, melainkan warisan budaya yang mencerminkan sejarah dan kehidupan masyarakat kepulauan ini.
Sebelum masuk ke detail resep, penting untuk memahami konteks budaya di balik masakan-masakan ini. Seperti halnya lagu-lagu daerah Indonesia yang menjadi identitas budaya, seperti "Ampar Ampar Pisang" dari Kalimantan Selatan, "Yamko Rambe Yamko" dari Papua, "Rasa Sayange" dari Maluku, atau "Bubuy Bulan" dari Jawa Barat, masakan tradisional juga berfungsi sebagai penanda identitas daerah. Setiap hidangan membawa cerita, teknik, dan filosofi tersendiri yang diturunkan dari generasi ke generasi.
Kemplang mungkin adalah makanan khas Bangka Belitung yang paling dikenal secara nasional. Terbuat dari ikan yang dihaluskan dan dicampur dengan tepung sagu, Kemplang biasanya berbentuk bulat pipih dan dikeringkan sebelum digoreng atau dipanggang. Sejarah Kemplang berkaitan erat dengan kehidupan nelayan di kepulauan ini. Dahulu, Kemplang dibuat sebagai cara untuk mengawetkan ikan hasil tangkapan agar tahan lama, terutama saat musim paceklik. Bahan utamanya adalah ikan tenggiri atau ikan belida yang banyak ditemukan di perairan sekitar Bangka Belitung.
Untuk membuat Kemplang autentik, Anda memerlukan 500 gram daging ikan tenggiri yang sudah dibersihkan, 200 gram tepung sagu, 2 siung bawang putih, 1 sendok teh garam, dan 1/2 sendok teh merica bubuk. Pertama, haluskan daging ikan bersama bawang putih, garam, dan merica hingga benar-benar lembut. Campurkan dengan tepung sagu sedikit demi sedikit sambil diuleni hingga adonan kalis. Bentuk adonan menjadi bulatan pipih dengan ketebalan sekitar 1 cm, lalu jemur di bawah terik matahari selama 2-3 hari hingga benar-benar kering. Kemplang siap digoreng atau dipanggang hingga mengembang dan renyah.
Berbeda dengan Kemplang yang gurih dan renyah, Burgo adalah hidangan berkuah yang hangat dan mengenyangkan. Burgo merupakan mi khas Bangka Belitung yang terbuat dari tepung beras, disajikan dengan kuah santan yang kaya rempah. Asal-usul nama "Burgo" sendiri diperkirakan berasal dari kata "burger" atau pengaruh kuliner Eropa yang dibawa oleh penjajah, namun telah diadaptasi sepenuhnya dengan cita rasa lokal. Hidangan ini sering disajikan sebagai sarapan atau makan siang, terutama di hari-hari besar atau acara keluarga.
Resep Burgo tradisional membutuhkan 300 gram tepung beras, 200 ml air, 1 liter santan kental, 3 lembar daun salam, 2 batang serai yang dimemarkan, 5 butir bawang merah, 3 siung bawang putih, 2 cm kunyit, 2 cm jahe, 1 sendok teh garam, dan 1/2 sendok teh gula. Untuk membuat mi-nya, campur tepung beras dengan air hingga membentuk adonan yang elastis, lalu pipihkan dan potong memanjang. Rebus mi hingga matang dan tiriskan. Untuk kuahnya, tumis bumbu halus (bawang merah, bawang putih, kunyit, jahe) hingga harum, masukkan santan, daun salam, serai, garam, dan gula. Masak dengan api kecil hingga mendidih dan bumbu meresap. Sajikan mi dengan kuah santan panas.
Lakso, meski namanya mirip dengan laksa dari daerah lain, memiliki karakteristik yang unik. Lakso Bangka Belitung adalah hidangan mi berkuah dengan rasa asam pedas yang segar, biasanya menggunakan ikan sebagai bahan utama kuahnya. Konon, Lakso telah ada sejak zaman kesultanan Palembang dan dibawa ke Bangka Belitung melalui hubungan perdagangan dan budaya. Keunikan Lakso terletak pada penggunaan asam kandis dan cabe rawit yang memberikan sensasi rasa yang berbeda dari laksa daerah lain.
Bahan untuk Lakso antara lain 300 gram mi beras, 500 gram ikan tenggiri, 5 butir bawang merah, 4 siung bawang putih, 5 buah cabe merah, 10 buah cabe rawit, 2 cm kunyit, 2 cm jahe, 3 buah asam kandis, 2 batang serai, 3 lembar daun jeruk, 1 sendok makan gula, 1 sendok teh garam, dan 1 liter air. Cara membuatnya: rebus ikan hingga matang, angkat dan suwir-suwir dagingnya. Haluskan bawang merah, bawang putih, cabe merah, cabe rawit, kunyit, dan jahe. Tumis bumbu halus bersama serai dan daun jeruk hingga harum, tambahkan air, asam kandis, gula, dan garam. Masak hingga mendidih, masukkan suwiran ikan. Sajikan dengan mi beras yang telah direbus.
Ketiga masakan ini—Kemplang, Burgo, dan Lakso—tidak hanya lezat tetapi juga kaya akan nilai gizi. Kemplang kaya protein dari ikan, Burgo memberikan karbohidrat kompleks dari tepung beras, dan Lakso mengandung vitamin dari rempah-rempah dan ikan. Dalam konteks modern, memasak hidangan tradisional seperti ini juga bisa menjadi kegiatan yang menyenangkan untuk keluarga, mirip dengan bagaimana lagu daerah seperti "Rasa Sayange" diajarkan kepada anak-anak untuk melestarikan budaya.
Bagi yang tertarik menjelajahi lebih banyak tentang budaya Indonesia, termasuk kuliner dan kesenian, tersedia berbagai sumber informasi yang dapat diakses. Sebagai contoh, untuk informasi lebih lanjut tentang warisan budaya, Anda dapat mengunjungi laman ini. Situs tersebut menyediakan beragam konten edukatif yang mungkin bermanfaat, termasuk tentang kebudayaan daerah dan pelestarian tradisi.
Memasak masakan khas Bangka Belitung di rumah tidak hanya memberikan pengalaman kuliner yang autentik, tetapi juga merupakan bentuk apresiasi terhadap warisan budaya Indonesia. Dengan menggunakan bahan-bahan segar dan mengikuti teknik tradisional, Anda dapat menciptakan hidangan yang tidak hanya enak tetapi juga penuh makna. Seperti halnya melestarikan lagu daerah, melestarikan resep masakan tradisional adalah tanggung jawab kita bersama untuk menjaga identitas bangsa.
Dalam era globalisasi di mana makanan cepat saji semakin mendominasi, penting untuk kembali ke akar dan menghargai kekayaan kuliner nusantara. Kemplang, Burgo, dan Lakso hanyalah tiga dari sekian banyak hidangan khas Bangka Belitung yang patut dilestarikan. Dengan mempelajari sejarah, bahan, dan cara pembuatannya, kita turut serta dalam menjaga warisan kuliner Indonesia agar tidak punah ditelan zaman. Untuk referensi tambahan tentang budaya Indonesia, termasuk aspek-aspek lain seperti kesenian, Anda bisa melihat sumber ini atau materi pendukung yang tersedia.
Terakhir, ingatlah bahwa setiap gigitan dari masakan tradisional membawa cerita panjang tentang tanah asalnya. Dari Kemplang yang merepresentasikan keahlian nelayan dalam mengawetkan ikan, Burgo yang menunjukkan adaptasi budaya, hingga Lakso yang mencerminkan kekayaan rempah nusantara—semuanya adalah bagian dari mozaik indah kuliner Indonesia. Mari kita terus menjelajahi, mempelajari, dan tentu saja, menikmati keanekaragaman masakan nusantara dengan penuh kebanggaan.